Wednesday 9 November 2011

Imam Abul A’la Al Maududi


Muqaddimah
  • Beliau berpengaruh dalam linkungan Jama’ah islamiyah anak benua India dan juga pergerakan islam modern di seluruh dunia.
  • Buku ini mengupas aspek-aspek kebesaran dan keunikan keperibadiannya yang membuat dirinya menempati kedudukan yang tinggi.
  • Keistimewaan beliau:
    • cerdas sejak dari kecil
    • mempunyai kepribadian dengan pelbagai bakat
    • pemahamannya yang mendalam tentang islam dan mempunyai interaksi dengan pergerakan secara sempurna
    • berani dan kuat dalam menghadapi kesulitan
    • teliti dalam memberi pandangan dlm hal-hal yang baru dari perspektif konsep islam yang shahih
Genius sejak kecil
  • Al Maududi semasa remaja mampu melakukan pekerjaan2 yg tidak mampu dilakukan oleh orang-orang seusianya. Dengan perjalanan waktu dan pertambahan usia semakin besar pekerjaan pemuda ini dan semakin nyata kelebihannya.
  • Perubahan itu menonjol dalam 2 keadaan; sebelum dan sesudah berubah…..sepertti sabda nabi:
خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقُهُوا
    • “Orang terbaik di antara kalian pada masa Jahiliyyah menjadi org terbaik dalam islam bilamana mereka bertafaqquh”
  • Di sekolah, Al maududi begitu menonjol, ia duduk di grade 8 padahal usianya baru sebelas tahun. Pada usia ini beliau telah menulis artikel dan menyampaikan ceramah, sehingga guru-guru dan temannya berasa kagum.
  • Pada usia 15 tahun, ia bekerja sebagai editor pada akhbar harian yang terbit di kota kecil, Pajnoor. Selepas itu berpindah utk bekerja di lembaga bantuan dan penyelamatan umat islam setelah akhbar harian ini dilarang penerbitan. www.dakwah.info 
  • Pada usia 16 tahun ia bergabung dalam pergerakan untuk menghidupkan sistem khilafah, kemudian bekerja dengan keluarga redaktur majalah mingguan At-Taj yang terbit di Jabalpoor.
  • Pada usia 19 tahun, ia menjadi pemimpin redaksi dalam harian At-Taj yang sebelumnya merupakan majalah mingguan itu. Artikel-artikel yang ia tulis pada waktu tersebut mempunyai corak warna politik yang kental, di mana ia begitu gigih membela gagasan menghidupkan kembali sistem kkilafah.
  • Kali ini artikel-artikel yang ia tulis juga menjadi penyebab akhbar harian ini ditutup dan pimpinan redaksinya diajukan ke meja hijau. Tidak lama kemudian ia berpindah ke Delhi untuk bergabung bersama ketua Himpunan Ulama’ India dalam penerbitan akhbar harian Al Muslim, dan ia pun dipilih menjadi ketua redaksinya.
  • Setelah akhbar harian Al-Muslim dilarang penerbitannya, lalu ia bekerja bersama Syeikh Ahmad Sa’id di Delhi dalam penerbitan akhbar harian dengan nama jam ‘iyyah Ulama’ Al-Hind.
  • Al-Maududi tetap memikul tugas penerbitan harian ini seorang diri sejak awal penerbitannya pada tahun 1343 hingga 1347 Hijrah.
  • Demikian Al-Maududi keluar untuk hidup sejak usia remaja sebab ayahnya menderita sakit sejak ia masih kecil dan keadaan ini memaksanya bekerja mencari penghidupan.
  • Al-Maududi melukiskan masa ini dengan mengatakan: “Hari-hari berlalu dengan perlahan, dengan membawa secerah cahaya lilin harapan, melangkah setapak demi setapak. Mulailah realiti kehidupan yang pahit membuka selubung kepahitannya.
  • Pengalaman satu tahun setengah memberikan pelajaran berharga bahwa tidak ada jalan bagi manusia selain bekerja keras, berjuang demi sesuap nasi. Allah telah mengkaruniakan kepandaian menulis kepadaku yang didapati melalui bacaan dan tela’ah.
  • Dan sini aku memutuskan untuk menjadikan pena sebagai alat mencari rezeki.
  • Bekerja mencari rezeki bukanlah tujuan utama. Sebab ia berjuang, menulis, menyampaikan ceramah, dan membela hak-hak umatnya serta mengarang buku yang semua itu ia lakukan pada saat usianya belum mencapai 20 tahun.
  • Manusia secara alamiyyah menerima hal-hal yang berlaku di dalam lingkungan masyarakatnya berupa adat-istiadat, pemikiran dan tokoh-tokoh yang ada. jika secara kebetulan terdapat seorang remaja yang mempunyai nada suara yang memukau, mempunyai fikiran yang cerdas, pendapat yang genius, dan lebih maju daripada usianya, maka orang tidak mudah menerimanya dan akan mengatakan kepadanya: “ini bukan tempatmu melainkan tempat orang yang lebih tua daripada kamu.
  • Ungkapan ini pernah juga diucapkan oleh Umar bin ‘Abdul Aziz, khalifah yang terkenal dengan keadilannya, kepada salah seorang yang muncul mewakili kaumnya untuk berbicara, lalu Amirul Mukminin Umar bin ‘Abdul Aziz berkata kepadanya: “Biarlah orang yang lebih tua daripada kamu berbicara, hai anak muda!” Lalu pemuda itupun menjawab: “]ika masalahnya adalah usia, tentu ada orang yang lebih berhak daripada engkau, wahai Amirul Mukminin!”
  • Demikian pula pandangan orang terhadap remaja Al-Maududi yang telah memimpin atau ikut menangani penerbitan lima jenis kewartawanan politik Islam pada waktu yang paling muda dalam sejarah India padahal usianya baru 20 tahun.
  • Jika pemimpin yang memegang urusan kepimpinan setelah berusia 40 tahun, maka kepemimpinannya itu akan mengangkat pengalaman-pengalaman yang telah ia lalui dalam hidupnya. Jika kehidupannya kosong dari pengalaman-pengalaman yang bermakna, maka dari manakah ia mendapatkan modal kepemimpinannya itu?
  • Bagaimana pula ia akan dapat memimpin orang lain? Jika dikaji, perjalanan hidup para tokoh Muslim pada periode-periode awal dan juga periode mutakhir, maka akan ditemui bahawa para tokoh yang mengubah perjalanan sejarah dan memimpin umat, mereka itu mempunyai keistimewaan, wawasan, dan perilaku serta kecerdasan yang menjadi penunjang kepemimpinan mereka atas orang lain tanpa harus disertai dengan harapan untuk menduduki posisi ini.
Keperibadian Dengan Pelbagai Bakat
  • Sering ditemui seseorang yang dalam kehidupannya memiliki bidang keahlian tertentu; di dalam bidang matematik atau kimia atau fisik, atau ia seorang pengacara yang ahli dalam bidang hukum, atau seorang tentara yang berani, yang tidak gentar menghadapi kematian di dalam medan pertempuran, atau seorang penceramah yang dapat memukau para pendengarnya, atau seorang penulis yang dapat mengungkapkan pemikiran dengan bahasa yang menawan secara jelas.
  • Maka ketika mereka hendak diberi gelaran, bidang yang ia kuasai itulah yang melekat pada dirinya. Ini suatu keadaan, sedangkan kepemimpinan yang diangkat oleh umatnya adalah seorang manusia yang mempunyai pelbagai bakat, yang mampu memahami realitas hidup dalam berbagai aspeknya dan kepemimpinan memerlukan itu semua.
  • Banyak kegagalan datang dari para tokoh yang muncul dan maju ke hadapan untuk melaksanakan tugas kepemimpinan akan tetapi berwawasan terbatas; jika ditanya tentang fiqh ia dapat menjawab tetapi jika ditanya tentang politik dan ekonomi, ia menjawab tidak tahu sedikitpun berkenaan masalah ini!
  • Barangkali muncul pertanyaan: Akan tetapi zaman ini adalah era pengkhususan dan era serba kepakaran. Tentu, akan tetapi bagaimana seorang pemimpin itu dapat memahami sarana para penasihatnya bila ia tidak mempunyai wawasan sama sekali tentang bidang ini dan itu.
  • Jika kita duduk bersama Necmettin Erbakan, pengasas parti berhaluan Islam, Salamat Milli di Turki, kemudian diajak berbicara tentang teknologi, maka dialah pakarnya. Jika ditanya tentang politik, ia menguasai sedemikian rupa, atau tentang ekonomi, ia memahami dengan begitu meyakinkan, dan atau tentang masalah sosial, ia adalah seorang pengamat sosial yang begitu prihatin dan tajam.
  • Pengetahuan dan wawasan adalah satu hal, sedangkan pengalaman adalah satu hal yang lain. Maka tidak tepat jika pemimpin melakukan semua bidang profesional, melainkan cukup dengan mengenali aspek-aspeknya.
  • Begitu pula halnya dengan Al-Maududi, ia adalah seorang penulis yang sangat produktif dan tajam pengungkapan kata-katanya serta padat isinya, hingga banyak ungkapan kata-katanya menjadi kata mutiara yang senantiasa berpindah dari seorang kepada seorang lain yang menyertai perjalanan masa.
  • Perhatikan ungkapan berikut ketika ia memberi komentar tentang pengumuman pemerintah menerapkan syariah Islam: “Ini adalah hujan ajaib yang diturunkan dari langit dan sebelum turun tidak tampak ada mendung dan setelah turun bumi tidak menumbuhkan apapun.”
  • Kekuatan pengungkapan bahasa yang ia gunakan mempunyai nilai yang besar pada karya-karyanya itu melalui terjemahan buku-buku yang ia tulis sebab terjemahan adalah gaya penerjemahnya. Akan tetapi pengamat yang tajam menegaskan bahwa Al-Maududi adalah seorang sastrawan yang mantap dan mampu mengolah bahasa dengan cara yang sangat mengagumkan.
  • Al-Maududi telah memberi pengaruh yang besar terhadap berbagai kalangan umat dan karya-karyanya tersebar luas di Pakistan dan negeri-negeri Muslim. Diyakini karya para penulis Muslim lainnya tidak tersebar luas seperti karya-karya Al-Maududi
  • Dalam karya-karyanya itu, pemilihan kata-katanya adalah begitu baik dengan maknanya yang mendalam. Pandangannya dalam sastra lebih tertumpu pada makna dan gagasan daripada ungkapan dan penggunaan kata-kata
  • AI-Maududi adalah salah seorang pemikir Muslim moden jika diungkapkan dengan kata-kata pendek, kiranya tidak berlebihan bahwa ia adalah pemikir pergerakan Islam modern. Para tokoh pemikiran yang ada di dunia Islam banyak mengambil pemikiran-pemikirannya dan mereka mengakui hal itu. Yang mengetahui orang besar hanyalah orang besar.
  • Al-Maududi dilahirkan pada 3 Rajab 1321 Hijrah (1903 Masehi). Ketika telah terbuka wawasannya, ia mulai terlibat dalam kegiatan penyedaran akan hak-hak umat Islam, sebab keadaan umat ketika itu berada pada puncak keterbelakangan dan kesengsaraan.
  • Negara Turki Usmani yang mewakili kepimpinan kaum Muslimin di seluruh dunia telah berubah setelah kejatuhan Sultan ‘Abdul Hamid pada tahun 1909, di mana Sultan hanya sekedar pada gelar tanpa makna.
  • Bahkan gelar tanpa arti ini dihapuskan sama sekali oleh Musthafa Kamal Artartuk pada tahun 1924.
  • Sedangkan India telah jatuh ke tangan Inggris; menghabisksn kekayaan negeri itu dan memerangi kaum Muslimin serta orang-orang Hindu dengan politik memecah-belah, menciptakan “boneka mainan” dari kalangan Muslimin dengan memberi pakaian dan hiasan Islam untuk memasarkan pemikiran-pemikirannya yang merusak Islam dan kaum Muslimin, aliran Sir Ahmad Khan, Qadainiyyah, Partai Kongres dan terakhir Partai Liga Islam (Muslim League).
  • Pada masa itu ramai di kalangan ulama’ Muslimin berada dalam tingkat kebodohan, rendah diri, dan keterasingan yang parah, karena mereka tidak memahami ilmu-ilmu yang berkembang di Barat dan penemuan-penemuan baru, maka mereka tidak mampu memberi pemecahan terhadap permasalahan dalam banyak hal yang mulai dihadapi oleh umat Islam, menutup mata, dan tidak mau tahu kemudian menolak mentah-mentah.
  • Di sini penjajah menemui peluang keemasan, lalu memasarkan ucapan sinisnya bahawa agama bertentangan dengan ilmu pengetahuan, kemajuan dan peradaban. Jika bangsa-bangsa Muslimin ingin meraih kemajuan maka tidak ada jalan lain selain menempuh jalan yang dilalui oleh Barat, yaitu mencampakkan agama dan mengangkat sekularisme: “Agama untuk Tuhan dan negara untuk semua”
  • Banyak kaum terpelajar yang tergiur dengan ajakan penjajah ini, lalu memandang Islam dengan pandangan sempit, jumud dan tidak relevan dengan realita kehidupan, bahkan sebahagian mereka menganggap bahwa agama? adalah penyebab utama kepada kemunduran.
  • Pada waktu yang mengelirukan dalam kehidupan umat ini, wawasan Al-Maududi terbuka. la menuntut ilmu dengan modal dasar pendidikan yang diperoleh dari orang tuanya di rumah. terutama ilmu-ilmu Islam dan sejarah Islam agar anaknya kelak menjadi seorang ulama yang mampu menyambungkan masa lalu dengan masa kini,
  • Sebab Al-Maududi lahir dari keluarga terpelajar dan terhormat. Ia menemukan kebesaran risalah Islam, dan hanya Islam yang memiliki ajaran sempurna yang dapat membahagiakan manusia dalam menghadapi kehidupan.
  • Sedangkan ilmu dan teknologi yang telah diraih secara gemilang oleh Barat hanyalah ilmu-ilmu alat yang tidak dapat memahami tujuan hidup manusia dan realitas yang hakiki; sehingga ia justru memberi peluang bagi manusia untuk terperangkap pada peperangan setiap kali dihadapkan pada permasalahan manusia atau peradabannya. AI-Maududi ingin mcnjelaskan ini pada umatnya dan mengajak orang-orang yang tergiur di antara kaum muslimin untuk kembali kepada Islam.
  • Al-Maududi memerangi faham nasionalisme di India, sebab faham ini telah tersebar di kalangan kaum Muslimin yang menyerukan untuk bergabung dengan warga Hindu sebangsa dan setanah air dalam satu perjuangan untuk mengusir penjajah dari bumi India.
  • Al-Maududi menjelaskan bahaya faham ini sebab orang-orang Hindu dan Inggris menurutnya sama saja. Kedua-duanya memerangi Islam dan bekerja untuk menghancurkan kaum Muslimin. la juga menjelaskan bahwa slogan mereka yang mengatakan baawa bangsa berdiri di atas asas kesamaan tanah air, hanyalah salah satu cara untuk menundukkan umat Islam agar dapat jatuh di bawah kaki penganut Hindu
  • Dalam mengemukakan paradigma ini Al-Maududi menunjukkan prinsip-prinsip Islam yang menolak fahaman nasionalisme atau kebangsaan ini. Sedangkan konsep “ummah lslamiyyah” berdiri hanya di atas asas aqidah Islam.
  • Al-Maududi membuka selubung kepalsuan peradaban Barat dan kelemahan ideologinya serta membicarakan teori Darwin yang memperlecehkan manusia iaitu bahawa manusia berasal dari kera dan penerusan hidup hanyalah bagi yang lebih kuat. Darwin berpendapat bahawa secara alamiyyah yang berhak hidup adalah yang dapat menunjukkan kekuatan penerusan hidupnya.
  • Dalam sistem kejam ini yang lemah akan binasa kerana ia lemah bahkan ia harus musnah, bahawa yang bertahan hidup, akan hidup kerana ia kuat, oleh karena itu ia harus tetap hidup.
  • Di sini timbul pertanyaan: Apa yang akan terjadi bilamana konsep tentang manusia atau alam seperti ini melekat pada akal fikiran manusia dan manusia memandang pada peraturan tabiat dengan kacamata Darwin. Bagaimana sikap manusia terhadap manusia? Adakah cinta kasih dalam kehidupan yang dibawa oleh falsafah aneh ini? Bagaimanakah dengan keadilan, amanah, rasa beragama, kejujuran dan keikhlasan dalam hidup seperti ini?
  • AI-Maududi berbicara tentang pentafsiran materialistik berkenaan sejarah dengan mengatakan bahawa Hegel mengetengahkan dunia sebagai medan pertikaian sedangkan Darwin mengetengahkan alam ini dan naluri dasarnya mengharuskan untuk memerangi sesamanya untuk mencapai tujuan.
  • Maka manusia terbahagi menjadi berbagai kelas sesuai dengan keegoannya dan hasrat peribadinya. Kemudian muncul pertikaian dan persaingan di antara kelas-kelas masyarakat ini karena alasan kepentingan pribadi dan keegoannya.
  • Kemajuan sejarah umat manusia mencapai kesempurnaan melalui pertikaian kelas ini yang bersumber dari keegoan dan untuk mencapai kepentingan pribadi serta konflik antara bangsa-bangsa adalah merupakan konflik antara individu- individu dalam bangsa itu sendiri.
  • Sesuai dengan konsep dasar ini dapat dilihat bahwa hubungan antara manusia – jika di sana ada hubungan – hanyalah berdasarkan pada asas manfaat belaka (pragmatisme).
  • Manfaat inilah satu-satunya ikatan yang menghubungkan mereka untuk melawan kelompok atau individu yang menentang kepentingan masing-masing, baik mereka itu sebagian dari bangsanya sendiri dan penganut agama yang sama maupun bukan. Jadi pertikaian seperti ini dipandang sebagai fenomena yang dibenarkan, bahkan tidak melakukan prinsip ini dipandang sebagai menyalahi tabiat dasar.
  • Para penganut Marxisme memandang bahwa segala bentuk agama, atau moralitas, atau undang-undang yang ada pada periode sejarah tertentu hanyalah untuk menyelaraskan langkah dengan sistem ekonomi masa itu.
  • Mereka juga memandang bahwa prinsip-prinsip dan undang-undang, serta moralitas ini dibuat untuk melindungi sistem ekonomi masa itu.
  • Oleh sebab itu, slogannya adalah keharusan untuk mengubah agama, hukum, tata cara kehidupan dan keperluan kehidupan serta pemungutan hasilnya demi keperluan hidup manusia. Siapakah yang dapat membuktikan bahwa orang yang mempercayai teori Marxisme ini percaya dengan suatu ajaran agamanya, atau peraturan moral yang telah sampai kepada kehancuran sejak berabad-abad.
  • AI-Maududi memerangi kelompok pengagum peradaban Barat. Ia mencurahkan perhatian besar pada pembahasan mengenai nilai-nilai peradaban Barat dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, lalu menjelaskan bagaimana keunggulan Islam dari berbagai sudutnya agar dapat mengembalikan kepercayaan diri kaum Muslimin pada agama mereka secara mempunyai rasa bangga pada identitas yang mereka miliki serta dapat mengambil manfaat dari segi positif peradaban Barat dan membuang yang negatif.
  • Al-Maududi memerangi kejumudan yang ada pada sebahagian ulama dan sikap ekstrim Serta berlebihan pada sebahagian lainnya.
  • AI-Maududi seorang pendakwaj yang menekuni dakwah secara awal kehidupannya melalui tulisan dan lisan untuk membuka kebatilan, menjelaskan aspek-aspek Islam sebagai satu sistem hidup yang utuh kepada khalayak agar terbuka wawasan mereka
  • Sehingga diharapkan akan menjauhi fahaman nasionalisme sempit yang semakin dipropagandakan, kemudian mendekati ajaran dan identiti islam
  • Dan pada akhirnya, AI-Maududi telah mendirikan Jama’ah islamiyah sebagai satu organisasi Islam di mana ia menjadi ketuanya. Dia mengalami apa yang juga dialami para da’i lainnya dalam melaksanakan misinya; penjara, pengusiran, tekanan penguasa, fitnah dan persekongkoIan dari musuh-musuh Islam, serta tuduhan keji dari kalangan kaum Muslimin yang tidak memahami misinya.

Petikan dari:
9/11/2011 | 12 Dhul-Hijjah 1432 H
Oleh: Al-Ikhwan.net

No comments:

Post a Comment